Minggu, 04 Juli 2010

[daily] Mother How Are You Today

- - - - - - - - - - -

Mother, how are you today?
Here is a note from your daughter.
With me everything is ok.
Mother, how are you today?

- - - - - - - - - - -

Pertama jatuh cinta sama lagu ini pas SMP dulu, pelajaran bahasa Inggris trus disuruh bikin karangan inti sari lagu itu. Karena jiwa muda yang masih bergejolak penuh liku (hahahaha, bahasanya), saya hanya sekedar menyoroti bagian “I found the man of my dreams”.
Ya seru aja gitu surat-suratan sama si Emak, ngabarin kalo menemukan lelaki dalam impian, hehehe.

Trus, Ibu Guru bertanya ke saya: menurut kamu, lagu ini lagu sedih apa lagu seneng?

Saya ngga ngejawab, karena tiba-tiba saya berimajinasi, mungkin saja lagu ini diciptakan untuk Ibu yang udah meninggal.

Dalem.

5 hari sebelum Emak meninggal, saya dan temen-temen BBQ-an di daerah deket-deket sini. Pas gitaran, ada yang sekilas nyanyiin lagunya Mother How are You Today. Merinding banget pas ngedenger, inget sama imajinasi 13tahun yang lalu (ebuset, tua amit si saya, hoho).

Lagu ini lagu sedih atau lagu seneng?

Berhari-hari setelah itu saya muterin lagu yang sama lewat youtube. Tetap merinding, tapi ngga berani menebak.
Dan akhirnya, lagu Mother How Are You Today adalah lagu sedih versi saya saat ini.

Sayangnya, saya ngga pandai berfirasat. Ngga punya kelebihan seperti Mama Loren, atau lebih tepatnya takut menduga-duga kejadian buruk yang mungkin aja bakalan terjadi.
Bahkan saat Emak nangis di Sukarno-Hatta tahun lalu pun saya ngga punya firasat itu pertemuan kami yang terakhir. Emak memang cengeng, sama persis seperti saya.

Saya ngga sempet ngelihat Emak untuk terakhir kalinya, bahkan ngobrol terakhir 2 bulan sebelum beliau meninggal. Karena sejak sakit, si Emak jadi kesulitan ngomong banyak.
Kita cuma bisa sms-an dengan kalimat-kalimat umum, dengan kata-kata kangennya atau sekedar menghitung hari kepulangan saya.

Emak tetaplah Emak, orang desa berpikiran sederhana, yang tidak pernah mengeluhkan sakitnya, yang tetap meyakinkan kami semua bahwa dia kuat. Dan begitulah harusnya kami, kuat seperti Emak. Insya Allah.

Emak udah ngga ada. Ngga bisa ngirimin surat untuk sekedar nanyain: Emak, how are you today? Atau suatu hari nanti bilang: I found the man of my dreams.
Kami ada di dunia yang berbeda, yang hanya bisa bertemu lewat doa.
Semoga Emak tenang disana.

- - - - - - - - -

Aku takut memandang kaca.
Aku tak kuat memandang wajah bergaris sama mirip wajahmu.
Aku takut tidur cepat-cepat.
Aku tak kuat terbangun saat memimpikanmu.


Aku rindu setengah mati.
Apakah kamu juga merindukanku, kekasihku?

Seolah kursi berkaki empat,
aku kehilangan salah satu kaki.
Aku rapuh, hendak terjatuh.

Seperti kekasih yang mencinta pasangannya,
aku kehilangan separuh hatiku.
Aku sakit, patah hati.


Tapi siapakah yang paling mengerti?
Siapakah yang paling berkehendak?
Bukan aku, dan juga bukan kamu.
Dia, Maha Cinta, Maha Pemberi segala kebaikan.

Aku tak bisa melarangmu pergi.
Aku ikhlas melepasmu pulang.
Pulang kembali pada Kekasih yang hakiki.

Dulu, kita seringkali berjanji.
Bertemu di sepertiga malamNya.
Aku akan tetap disana walaupun kamu tak ada.
Berdoa agar jalanmu selalu terang.
Mengirim salam dan menanyakan kabarmu.
Mother, how are you today?

Oche
Hirooka, 4 Juli 2010

*lebaran 2005*